Laporan wartawan sorotnews.co.id : Tim.
JAKARTA – Sebagaimana kita ketahui bersama, pada 2019 lalu, warisan immaterial dari Presiden Soeharto berupa kebijakan tentang SD Inpres pada 1970-an, telah mengantarkan seorang ekonom dunia warga negara Amerika bernama Esther Duflo meraih nobel ekonomi. Hingga periode 1993/1994, tercatat hampir 150 ribu unit SD Inpres telah dibangun.
Seiring dengan itu, ditempatkan pula lebih dari 1 juta guru Inpres di sekolah-sekolah tersebut. Total dana yang dikeluarkan untuk program ini hingga akhir Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJPT) I mencapai hampir Rp6,5 triliun. Atas program ini, Presiden Soeharto diganjar penghargaan Medali Emas Unesco Avicenna (pendidikan) Unesco pada 1993.
Berangkat dari fenomena tersebut, dalam momentum 100 tahun Kelahiran Presiden RI ke-2 Jenderal Besar HM Soeharto pada 2021 ini, sebuah buku baru yang membahas segala sisik melik warisan Pak Harto berjudul Legasi Pak Harto karya Mahpudi MT akan di-launching dan didiskusikan dalam rangkaian International Indonesia Book Fair di JCC Senayan pada 11 Desember 2021 pukul 14.00—15.00 WIB.
Puluhan peserta akan mengikuti acara tersebut secara offline dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, dan juga diikuti secara online oleh berbagai elemen masyarakat dan sivitas akademika di berbagai wilayah melalui channel YouTube Gatra TV.
Selain dihadiri Mahpudi MT sebagai penulis sekaligus narasumber utama, buku ini juga akan dibahas secara intensif oleh Effendi Gazali (Pakar Komunikasi), Anthony Budiawan (Pakar Ekonomi lulusan Universitas Erasmus Belanda), dan juga Haryo Putra Nugroho Wibowo (Cicit Presiden Soeharto sekaligus Chairman Perusahaan HATRA GROUP).
Dalam forum tersebut, Efendi Gazali akan lebih menyoroti Algoritma Komunikasi yang berkembang dari berbagai literasi tentang Pak Harto. Sedangkan Haryo Putra Wibowo akan banyak menyampaikan pengalaman pribadi sebagai cicit Presiden yang sedikit banyak telah berdialog dan menimba ilmu dari kakeknya.
Di sisi lain, ekonom Indonesia Anthony Budiawan akan lebih membuat tinjauan dialektis atas situasi ekonomi di masa Presiden Soeharto jika dibandingkan dengan situasi ekonomi aktual di masa Presiden Jokowi saat ini. Dalam beberapa kurun terakhir, Anthony Budiawan banyak memberikan catatan kritis di media, khususnya pembahasan mengenai situasi ekonomi politik paska mundurnya Presiden Soeharto.
Menurut Anthony Budiawan, ketika Presiden Soeharto mengundurkan diri, banyak pihak yang ingin mengubah dan menghancurkan Kontrak Sosial antar masyarakat tertanggal 17 Agustus 1945. MPR pimpinan Harmoko periode 1 Oktober 1997 hingga 30 September 1999 mengeluarkan TAP MPR No VIII/MPR/1998 pada 13 November 1998. Dampaknya, MPR bahkan mengamputasi sendiri secara suka rela wewenangnya sebagai wakil rakyat, di mana MPR tidak mempunyai wewenang lagi untuk memberhentikan presiden apabila dianggap melanggar kesepakatan Kontrak Sosial (UUD).
Sebagai buku paling mutakhir yang membahas tentang Pak Harto, Buku Legasi Pak Harto karya Mahpudi MT ini lebih melihat warisan Pak Harto dengan perpektif yang unik dan sama sekali berbeda. Penulis mengungkap warisan Pak Harto dalam wujud prasasti yang ditandatangani Pak Harto, 999 bangunan masjid, Mushaf Alquran, buku, prangko, berbagai naskah pidato, karya-karya pembangunan, serta berbagai Yayasan.
Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Harapan Kita ini ditulis dengan bahasa yang ringan, namun sangat kaya dengan data.
Selain bedah buku Legasi Pak Harto, International Indonesia Book Fair juga menggelar stand khusus berbagai buku tentang Pak Harto bertajuk “All About Soeharto”, baik dalam bentuk buku cetak maupun buku digital. Harapannya, dengan pameran buku khusus “All About Soeharto” ini, akan bisa menumbuhkan penerus-penerus Esther Duflo dan Anthony Budiawan yang memiliki fokus perhatian riset tentang legasi Pak Harto.
Selain itu, pameran All About Soeharto juga ingin semakin menumbuhkan semangat literasi di Indonesia, tak terkecuali semangat literasi tentang berbagai warisan Presiden Soeharto.