Takut Punah, Antropolog Belanda Bicara Pelestarian Batik

Laporan wartawan sorotnews.co.id : Toni. 

KOTA PEKALONGAN, JATENG – Antropolog Belanda Sandra Niessen sekaligus pakar di bidang kain tradisional menyoroti tentang ancaman kepunahan batik tulis di Indonesia.

“Batik tulis sudah semakin jarang sehingga dikhawatirkan akan hilang,” ujar Sandra saat menjadi narasumber di kegiatan bincang pelestarian batik di Aula Museum Batik Pekalongan, Senin (30/1/2023).

Sandra mengatakan perlu ada upaya pelestarian batik tulis tidak saja oleh pemerintah, namun juga dari berbagai kalangan.

Selain faktor makin berkurangnya perajin yang khusus menggeluti batik tulis, juga ada penurunan produksi dalam dua tahun terakhir akibat dampak pandemi Covid-19.

“Penurunan ekonomi masyarakat juga menjadi salah satu pemicu makin jarangnya batik tulis diproduksi,” terang Sandra.

Diskusi tentang pelestarian batik tulis dan batik peranakan sendiri diinisiasi oleh dua komunitas pegiat batik yakni Pekalongan Heritage dan Batang Heritage.

Kegiatan tersebut juga didukung oleh Pekalongan Creative City Forum (PCCF) dan Museum Batik dengan mengundang antropolog dari Belanda yang merupakan pakar kain tradisional.

Sementara itu Budayawan asal Batang MJA Nashir mengatakan kegiatan diskusi batik tulis dan batik peranakan menjadi ajang silaturahmi bagi para pegiat batik yang peduli terhadap pelestarian warisan budaya asli nusantara tersebut.

“Jika batik tulis hilang dalam satu generasi maka upaya pelestarianya akan makin sulit,” ucapnya.

Adapun batik tulis terutama jenis buketan yang sangat erat kaitannya dengan pengaruh budaya Belanda menjadi ciri khas batik di Pekalongan.

Ia pun mengusulkan perlunya memamerkan kembali batik buketan yang pernah dihibahkan oleh Australia agar generasi muda sekarang menjadi lebih paham.

“Kesempatan ini harus dimanfaatkan sehingga batik dapat terus dilestarikan,” pungkas Nashir.

Pos terkait