Laporan wartawan sorotnews.co.id : Toni.
KOTA PEKALONGAN, JATENG – Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan mengekspose hasil penelitian Studi Antropologi Konstruksi Sosial Kemiskinan Kota Pekalongan. Ekspose kemiskinan dilakukan oleh Lingkar Kajian Kota Pekalongan (LKKP).
Wakil Wali Kota Pekalongan Salahudin mengatakan penanganan kemiskinan tak bisa lepas dari pembinaan terhadap relasi sosial. Relasi sosial itu hubungan dengan warga dan tokoh masyarakat serta tokoh keagamaan.
“Relasi sosial lainnya antara warga mampu dan tidak mampu, mana yang ingin memberi dan diberi karena merasa kurang atau membutuhkan,” ujar Salahudin, Jum’at (17/11/2023).
Ia mengatakan hasl penelitian tersebut bisa melengkapi peeraturan daerah untuk menentukan kebijakan strategis dalam penanggulangan kemiskinan.
“Kami dari Pemkot tentunya terus mendorong agar kemiskinan di Kota Pekalongan semakin menurun,” kata Salahudin.
Terlihat di kegiatan ekspose kemiskinan Kota Pekalongan, Guru Besar Antropologi UGM Yogyakarta, Prof Pujo Semedi Hargo Yuwono dan tim peneliti LKKP, Manurung Hidayat.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pekalongan, Cayekti Widigdo menambahkan angka kemiskinan di 2021 tercatat 7,59 persen dan di 2023 angka tersebut turun menjadi 6,81 persen.
Ia memaparkan, meski turun, Data Penurunan Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) mencapai 25,498 persen, keluarga dengan 42.428 paket bantuan (Februari, 2023). Padahal total keluarga di Kota Pekalongan sebanyak 102.575 (Data Dindukcapil September 2023). Jarak tersebut cukup disikapi dengan penyelarasan definisi dan pengukuran kemiskinan,” urai Cayekti.
Menurutnya, kemiskinan perlu dipahami melalui posisi masyarakat miskin itu sendiri, sehingga diketahui bagaimana kemiskinan tersebut dapat terkonstruksi secara sosial.
“Studi antropologi dengan metode etnografi, memiliki kekuatan dalam menelusuri dan menjelaskan kemiskinan dari sisi yang diteliti (emic perspective). Untuk menjelaskan kemiskimam di Kota Pekalongan yang memiliki karakteristik beragam, studi ini dilakukan dalam skala komunitas,” jelas Cayekti.
Ada empat sektor prioritas dalam penelitian yang dilakukan di empat kelurahan, yakni sektor perikanan di Kelurahan Krapyak, sektor pertanian di Kelurahan Kuripan Yosorejo, industri batik di Kelurahan Jenggot, dan serabutan di Kelurahan Kauman.