Laporan wartawan sorotnews.co.id : S.Ranex/Tim
JAKARTA – Organisasi perdamaian internasional, Budaya Surgawi, Perdamaian Dunia, Pemulihan Terang (HWPL), mengadakan acara online yang dihadiri oleh sekitar 160 tokoh media dari 49 negara. Tahun ini, Lokakarya Internasional HWPL tentang Jurnalisme Perdamaian menandai penerbitan jurnal ke-2, ‘Studi Jurnalisme Perdamaian’, yang diproduksi bekerja sama dengan 9 jurnalis di seluruh dunia, Sabtu (17/2/2024).
Mengangkat tema “Perspektif Media tentang Resolusi Konflik,” acara ini bertujuan untuk berbagi ide-ide jurnalisme perdamaian, menyuarakan suara kolektif jaringan media internasional untuk perdamaian, dan menyarankan rencana aksi masa depan untuk mengajak masyarakat di dunia agar memiliki perdamaian dalam pikiran mereka. Di antara para kontributor, 6 pembicara menyampaikan pidato mengenai peran media dalam membangun perdamaian, isu-isu terkait perdamaian, jurnalisme perdamaian dan keamanan global.
Innocent Yuh, Koordinator Regional Asosiasi Profesional Media Kamerun (CAMP) Wilayah Barat Daya Kamerun, menekankan perlunya diskusi mengenai jurnalisme perdamaian.
“Dalam menavigasi konflik dan perselisihan yang rumit, Jurnalisme Perdamaian muncul sebagai mercusuar kejelasan, instrumen empati, dan katalisator perubahan yang berarti. Jurnalisme Perdamaian hadir sebagai saluran dialog terbuka, menyediakan platform untuk berbagai perspektif, dan menumbuhkan keterlibatan mendalam dalam penyelesaian konflik yang bersifat multifaset,” katanya.
Menekankan pentingnya kode etik jurnalisme perdamaian, Hendry Nursal, Pemimpin Redaksi Jambidaily.com, menyatakan, “Jurnalis harus bisa hadir dalam acara tersebut. Kita tidak dapat memungkiri bahwa media harus berupaya untuk tetap menjadi sumber informasi yang benar dan menyajikannya secara profesional sesuai aturan seperti kode etik. Hal ini memastikan bahwa jurnalis bertanggung jawab dalam profesinya, khususnya dalam mencari dan menyajikan informasi,” katanya.
Ihor Shevyrov, Jurnalis dan Pengacara Ukraina, mengimbau para peserta tentang peran jurnalisme perdamaian dalam menciptakan landasan untuk menyelesaikan konflik.
“Perang di Ukraina menimbulkan ancaman terhadap keamanan global secara keseluruhan. Perlu juga ditekankan bahwa tidak hanya negara yang merupakan “pemain” berpengaruh dalam memperkuat keamanan global. Hal ini juga menjadi kepentingan masyarakat sipil dan lembaga masyarakat sipil. Jurnalisme perdamaian membantu menjalin komunikasi antar pihak yang berkonflik,” ujarnya.
Lok Bahadur Chaudhary, Penerbit Pendiri dan Editor Hamarpahura.com, menyarankan pendekatan praktis yang dilakukan para jurnalis untuk pembangunan perdamaian.
“Kami tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga menginspirasi individu untuk secara aktif terlibat dalam upaya mencapai perdamaian, mempercepat terwujudnya dunia yang damai. Pelaporan berkala mengenai peristiwa perdamaian global harus menjadi upaya bulanan di setiap negara,” katanya
Mengenai peran positif media sosial bagi individu dalam membangun perdamaian, Oral Ofori, Pendiri The African Dream Company, mengatakan, “Media sosial memungkinkan orang-orang dari budaya dan latar belakang berbeda untuk berinteraksi satu sama lain secara langsung. Interaksi pada platform digital ini, jika digunakan secara positif, dapat menumbuhkan komunitas global yang bekerja secara kolektif menuju perdamaian dan saling pengertian. Laporan-laporan akar rumput telah menarik perhatian terhadap konflik-konflik yang mungkin luput dari perhatian atau tidak dilaporkan,” ungkapnya.
“Pada tahun 2022, 60% masyarakat meyakini berita yang mereka terima mengandung bias atau bahkan disinformasi. Dari segi makna dan prinsipnya, jurnalisme perdamaian adalah praktik jurnalisme yang bertujuan meminimalisir konflik, mendorong dialog, dan membantu membangun perdamaian dalam masyarakat. HWPL adalah satu-satunya organisasi non-pemerintah internasional yang menyerukan kepada semua media untuk mempromosikan perdamaian,” kata Rana Setiawan, Kepala Reporter Kantor Berita Islam Mira (MINA).
Organisasi tuan rumah, HWPL, secara global terlibat dalam inisiatif tidak hanya dalam jurnalisme tetapi juga dalam pendidikan perdamaian, dialog antaragama, kegiatan pemuda dan perempuan, dan pembentukan hukum internasional untuk perdamaian.
Ketika HWPL terus memperjuangkan jurnalisme perdamaian, acara ini bergema sebagai seruan untuk upaya media, mendesak semua media untuk mengambil peran mereka dalam membina dunia yang bersatu dalam mencapai perdamaian abadi.