Laporan wartawan sorotnews.co.id : Tim.
BATANG, JATENG – Warga Desa Tambakboyo, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, menyoroti keberadaan mobil siaga jenis Grand Max milik desa yang sudah tiga bulan tak tampak digunakan untuk keperluan pelayanan masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Tambakboyo, Sodikin, memberikan klarifikasi pada Jumat (9/5/2025).
Sodikin menjelaskan bahwa mobil tersebut masih berada di bawah pengelolaannya dan kerap digunakan untuk operasional pemerintahan desa, bukan khusus untuk layanan kesehatan.
“Mobil itu sering saya pakai untuk operasional desa. Memang bukan mobil ambulance, jadi fungsinya lebih ke operasional pemerintahan, termasuk kegiatan kepala desa,” ujarnya.
Terkait dengan isu penggunaan kendaraan lain, Sodikin mengakui kadang menukar kendaraan tersebut dengan mobil pribadi yang performanya lebih baik untuk keperluan tertentu.
“Kalau saya butuh mobil yang lebih bagus performanya, kadang saya tukar. Ya kalau salah ya salah, tapi itu kebutuhan operasional,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa mobil Grand Max tersebut dibeli pada tahun 2015 menggunakan dana Pendapatan Asli Desa (PAD), sebelum adanya dana desa.
“Dulu sebelum ada ambulance, mobil itu sempat digunakan untuk keperluan darurat. Tapi karena tidak bisa difungsikan seperti ambulance, akhirnya lebih difokuskan untuk operasional desa,” jelas Sodikin.
Sementara itu, menanggapi perubahan plat nomor sepeda motor Mega Pro milik desa yang juga menjadi sorotan warga, Sodikin menyatakan ketidaktahuannya. Ia mengaku telah mengonfirmasi hal itu kepada biro jasa pengurusan pajak kendaraan yang bekerja sama dengan BUMDes Kepundung.
“Plat nomor merah memang harus diganti setiap lima tahun saat pembayaran pajak. Yang menjadi acuan tetap nomor rangka dan mesin sesuai STNK,” jelasnya, merujuk pada penjelasan dari biro perpanjangan yang sudah dikonfirmasi sejak 11 Oktober 2024.
Kades juga menyebutkan bahwa mobil Grand Max sempat mengalami kerusakan akibat kecelakaan ringan karena dipakai oleh banyak pihak. Saat ini, penggunaannya difokuskan untuk kebutuhan rutin pemerintahan desa, termasuk perjalanan ke kabupaten.
“Saya anggap saja itu seperti mobil dinas kepala desa. Kadang perangkat desa juga memakainya, terutama untuk keperluan dinas ke Batang,” pungkasnya.**