Laporan wartawan sorotnews.co.id : Agus Arya.
JAKARTA – Pengamat pangan dan Peneliti Senior dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Riyanto, menyampaikan apresiasi terhadap peran strategis Perum Bulog selama 58 tahun terakhir dalam menjaga ketahanan pangan nasional, khususnya dalam memastikan ketersediaan beras sebagai komoditas utama.
Dalam pernyataannya, Riyanto menegaskan bahwa kontribusi Bulog sangat signifikan dalam mendukung capaian swasembada pangan nasional. Ia menyebut, keberadaan stok beras yang stabil di gudang-gudang pemerintah menjadi salah satu faktor utama yang membuat Indonesia tahan terhadap gejolak ekonomi global.
“Di usia ke-58 ini, Perum Bulog telah membuktikan kapasitasnya sebagai lembaga yang tumbuh dan tangguh. Peran Bulog dalam menyerap gabah petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram menunjukkan komitmen kuat terhadap stabilitas pangan nasional,” ujar Riyanto.
Menurutnya, serapan gabah oleh Bulog pada tahun ini tercatat sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah Republik Indonesia, baik dari sisi tonase maupun volume stok, yang telah mencapai 3,6 juta ton. Angka ini diperkirakan terus bertambah seiring berlanjutnya panen raya di berbagai sentra produksi padi nasional.
“Stok beras yang dimiliki saat ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia berdiri. Ini menunjukkan bahwa Bulog telah menjalankan dengan baik penugasannya dalam mendukung visi Presiden Prabowo Subianto untuk mempercepat terwujudnya swasembada pangan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Riyanto menyoroti program Jemput Gabah yang dilaksanakan Bulog bekerja sama dengan penyuluh pertanian dan aparat TNI di lapangan. Program ini dinilai efektif dalam mempercepat penyerapan gabah langsung dari petani, sehingga menjaga harga tetap stabil dan menguntungkan petani.
“Atas nama akademisi dan masyarakat pemerhati pangan, saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-58 kepada seluruh jajaran Perum Bulog. Semoga Bulog terus menjadi pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang tangguh di tengah tantangan global,” tutup Riyanto.**