Laporan wartawan sorotnews.co.id : Tim Red.
SANAA, YAMAN – Ketegangan di kawasan Timur Tengah kian meningkat setelah Yaman secara resmi mengumumkan keterlibatannya dalam konflik bersenjata melawan Amerika Serikat dan Israel. Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh juru bicara militer Yaman, Brigadir Jenderal Yahya Saree, melalui saluran resmi dan unggahan di media sosialnya.
“Yaman secara resmi memasuki perang melawan Amerika Serikat dan Israel. Jauhkan kapal Anda dari perairan teritorial kami,” tegas Saree dalam pernyataan tertulis, Sabtu (21/6).
Deklarasi ini menandai eskalasi baru dalam konflik yang telah melibatkan berbagai negara di kawasan. Keputusan Yaman disebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Iran, yang saat ini tengah menghadapi tekanan militer dari Israel dan Amerika Serikat, terutama pasca serangan udara Israel ke sejumlah fasilitas strategis di wilayah Iran pada 13 Juni lalu.
Dalam pernyataan terpisah, militer Yaman juga mengecam serangkaian agresi Israel di wilayah Gaza, Lebanon, Suriah, serta sejumlah negara Arab dan Islam lainnya. Yaman menuduh Israel berusaha memicu kekacauan regional dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat.
Langkah Yaman ini menjadikannya negara pertama di kawasan Teluk yang secara terbuka menyatakan dukungan militer terhadap Iran dalam konfrontasi langsung dengan dua kekuatan besar dunia. Hal ini dinilai berpotensi membuka babak baru konflik regional yang lebih luas, terutama di kawasan strategis seperti Laut Merah.
Pengamat militer dan analis geopolitik menilai bahwa pernyataan Yaman juga membawa dampak serius terhadap keamanan maritim internasional, terutama di jalur pelayaran Laut Merah dan Selat Bab el-Mandeb, yang merupakan salah satu rute utama perdagangan global.
Peringatan Yaman agar kapal-kapal asing menjauh dari wilayah perairannya dinilai sebagai sinyal kemungkinan akan meningkatnya serangan terhadap aset maritim, baik sipil maupun militer.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Amerika Serikat maupun Israel terhadap deklarasi perang yang disampaikan Yaman. Namun sejumlah negara di kawasan dan komunitas internasional telah menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi konflik dan menyerukan upaya diplomasi untuk meredam ketegangan.
Dengan masuknya Yaman ke dalam konflik terbuka, Timur Tengah kini berada dalam fase yang semakin berbahaya. Pihak-pihak yang sebelumnya berada di luar lingkaran utama konflik berpotensi terseret jika ketegangan terus dibiarkan tanpa intervensi politik dan diplomatik yang serius.
Komunitas internasional diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk menekan seluruh pihak agar kembali ke meja perundingan dan menghentikan aksi militer yang berisiko menimbulkan korban jiwa lebih luas, serta ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas global.**