Kolam Segaran Trowulan, Jejak Hidup Kejayaan Majapahit

Laporan wartawan sorotnews.co.id : Sugeng Tri. 

MOJOKERTO, JATIM – Di antara hamparan peninggalan sejarah di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, terdapat sebuah situs megah yang hingga kini masih memancarkan kejayaan masa lalu: Kolam Segaran. Berlokasi di Desa Trowulan (dalam beberapa catatan disebut Desa Unggahan), kolam purbakala ini menjadi bukti kemajuan teknologi tata air dan peradaban Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara.

Dibangun dengan susunan bata merah khas Majapahit, Kolam Segaran memiliki luas sekitar 6,5 hektare, dengan panjang 375 meter dan lebar 175 meter. Dinding kolam setebal 1,6 meter dan tinggi mendekati 3 meter, menandakan kecanggihan teknik hidraulik dan arsitektur pada masa itu.

Situs ini pertama kali ditemukan kembali pada awal abad ke-20 oleh Maclaine Pont, seorang arkeolog berkebangsaan Belanda. Kala itu, sebagian besar kolam tertimbun tanah dan tak lagi tampak permukaannya.

Pemugaran dilakukan secara bertahap: dimulai pada tahun 1966, kemudian berlanjut secara besar-besaran antara 1974 hingga 1984. Hasilnya, bentuk asli kolam kini dapat dinikmati masyarakat dengan kondisi yang relatif utuh dan terawat baik.

Selain berfungsi sebagai waduk irigasi, catatan sejarah dan cerita rakyat menyebut Kolam Segaran juga digunakan untuk rekreasi dan jamuan kenegaraan. Kini, situs ini menjadi destinasi wisata sejarah sekaligus ruang publik bagi warga setempat untuk berolahraga, berjalan santai, hingga rekreasi keluarga.

Kolam Segaran diyakini dibangun dengan perencanaan teknik yang matang. Struktur dinding bata merah yang kuat menunjukkan bahwa masyarakat Majapahit telah memahami teknologi sipil dan sistem pengairan yang kompleks.

Selain sebagai penampung air, kolam ini juga berperan dalam mengatur distribusi air irigasi ke area pertanian di sekitar Trowulan. Keberadaan sistem tersebut mendukung produktivitas agraris Majapahit dan menjadi bukti kemampuan teknologinya yang maju pada masanya.

Letaknya yang strategis tidak jauh dari jalur Surabaya-Madiun-memungkinkan kolam ini menjadi pusat aktivitas kerajaan, baik untuk fungsi pertanian, sosial, maupun kenegaraan.

Meski demikian, pelestarian situs bersejarah ini menghadapi sejumlah tantangan, seperti modernisasi kawasan, perubahan tata guna lahan, serta terbatasnya anggaran konservasi. Berdasarkan SK penetapan tahun 1998 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kolam Segaran masuk dalam daftar Cagar Budaya Nasional yang berada di bawah pengawasan ketat pemerintah.

Dalam masyarakat sekitar, beredar legenda yang menyebut bahwa Kolam Segaran dahulu merupakan taman rekreasi keluarga kerajaan (tamansari). Dikisahkan, raja dan keluarga kerajaan sering menjamu tamu penting dari negeri tetangga di tempat ini.

Menurut cerita rakyat, tamu-tamu kerajaan bahkan disuguhi makanan menggunakan peralatan makan dari emas dan perak, yang konon dibuang ke dasar kolam setelah jamuan berakhir-sebagai simbol kemakmuran Majapahit.

Meski kisah ini belum terbukti secara arkeologis, sejumlah temuan di sisi selatan kolam memperkuat dugaan fungsi sosialnya. Para arkeolog menemukan sisa pondasi bangunan yang diperkirakan merupakan paviliun atau balai pertemuan di masa lampau. Hal ini mendukung teori bahwa Kolam Segaran memiliki fungsi ganda, yakni sebagai tempat rekreasi kerajaan sekaligus penyimpanan air bagi penduduk kota Majapahit.

Setiap musim kemarau panjang, air Kolam Segaran kerap menyusut drastis hingga dasar kolam terlihat. Warga sekitar biasanya memanfaatkan momen ini untuk menangkap ikan secara massal, sebuah tradisi yang disebut “panen ikan tahunan.”

Fenomena ini memberi manfaat ekonomi jangka pendek bagi warga, namun juga menimbulkan risiko ekologis. Air yang surut menandakan kekeringan ekstrem dan bisa mengancam keberlanjutan ekosistem air di kawasan tersebut. Selain itu, penangkapan ikan secara berlebihan (overfishing) dapat mengganggu keseimbangan biota air dan membutuhkan waktu lama untuk pulih kembali.

Kondisi ini menjadi cerminan dilema antara kebutuhan ekonomi masyarakat dan upaya pelestarian lingkungan, sekaligus pengingat bahwa warisan sejarah pun tidak terlepas dari dinamika alam dan kehidupan modern.

Kolam Segaran Trowulan bukan sekadar wadah air, melainkan monumen hidup yang merekam kejayaan Kerajaan Majapahit. Setiap susunan batanya menyimpan kisah tentang teknologi, kemakmuran, dan kebijaksanaan leluhur bangsa.

Sebagai situs bersejarah yang kini menjadi bagian dari identitas nasional, Kolam Segaran layak dijaga dan dirawat agar generasi mendatang dapat terus belajar dari kebesaran peradaban Majapahit, sebuah cermin kejayaan Nusantara di masa lalu.**

Pos terkait