Laporan wartawan sorotnews.co.id : Suherman.
CIREBON, JABAR — Kunjungan akademik mahasiswa Teknik Geofisika ITB Kampus Cirebon ke Yayasan Mawar Bina Insani menghasilkan momentum penting bagi penguatan kerja sama antara dunia pendidikan dan sektor pemberdayaan masyarakat. Dalam kunjungan tersebut, para mahasiswa melakukan wawancara mendalam dengan Ketua Yayasan Mawar Bina Insani, Kang Didi Kusnadi, yang kemudian langsung mengajak mereka untuk terlibat dalam program sosial yayasan.
Salah satu program yang tengah berjalan adalah Bimbingan Teknis dan Sertifikasi Chef untuk Dapur MBG, yang kini memasuki batch ke-4. Setiap angkatan menargetkan 20–25 peserta dari keluarga pra-sejahtera untuk mengikuti pelatihan dapur profesional, keamanan pangan, serta sertifikasi berbasis SKKNI. Program ini menjadi langkah konkret yayasan dalam meningkatkan keterampilan masyarakat, khususnya di sektor kuliner.
Adapun mahasiswa ITB yang mengikuti sesi wawancara tersebut antara lain:
Putri Cahya Marshinta, Muhammad Arry Nugroho, Fauzan Alifio Fathan, Helen Huda Huwaida, Adelia Vindi Cahyanti, dan Azharudin Sahil. Mereka menggali berbagai aspek program seperti mekanisme pelatihan, proses sertifikasi, dan strategi pemberdayaan masyarakat yang selama ini dijalankan MBG.
Selain memimpin Yayasan Mawar Bina Insani, Kang Didi Kusnadi juga dikenal sebagai pegiat Asosiasi Pemberdayaan Purna Migran Indonesia Korea (APPIK). Pengalaman panjangnya dalam mengorganisir purna pekerja migran membuatnya melihat pentingnya kolaborasi lintas generasi.
“Mahasiswa adalah energi masa depan. Kami ingin mereka mendapatkan pengalaman langsung di lapangan, melihat bagaimana pemberdayaan itu berjalan, termasuk kebutuhan Chef untuk Dapur MBG,” ujar Kang Didi.
Ajakan tersebut disambut hangat oleh mahasiswa. Putri Cahya, yang akrab disapa Puca, menyampaikan antusiasmenya.
“Kami sangat antusias dengan proyek ini. Ini pasti akan menjadi portofolio berharga bagi kami di masa depan,” ujarnya.
Sebagai aktivis APPIK, Kang Didi juga menyoroti pentingnya jejaring lintas generasi dalam menghadapi dinamika sosial dan ekonomi masyarakat. Ia menegaskan bahwa potensi lokal dapat turut mendukung program percepatan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Nasional (SPPG) yang menjadi salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto.
“Kami yakin SPPG akan menyerap tenaga relawan, termasuk purna migran yang memiliki etos kerja tinggi berbekal pengalaman kerja luar negeri,” tegasnya.
Menutup pertemuan, Kang Didi kembali mengajak mahasiswa serta masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan dan sertifikasi berikutnya, yang akan digelar pada 6–7 Desember 2025.**









